Cause there somethin’ in the way you look at me….
Mungkin
itu perasaan yang muncul kala itu, saat episode-episode drama kita bahkan belum
terskenario dengan baik. Baru sebatas konsep dasar yang masih acak tak karuan.
Pertemuan yang sama sekali kita tak mengerti dasar idenya oleh si ‘Tangan
Pintar’ membuat kita bertanya, heran, menghujat. Tentu hanya pertanyaan yang
keluar saat itu, mengapa harus bertemu di sini saat ini? Juga mungkin hanya
komplain yang saat ini terucap dari lisanku, mengapa tidak Tuhan temukan saja
kita saat kita dewasa nanti? Saat kita sama-sama telah memiliki kaki sendiri
untuk berlari, mata untuk mencari, juga hati untuk memilih yang terbaik. Apakah
ini sebuah skenario Tuhan yang telah selesai Dia buatkan khusus untukku? Dan
aku tinggal menunggu akhir dari jalan cerita-Nya itu? Tanpa pernah memiliki
kesempatan untuk mengonfirmasinya?
Mungkin,
aku terlalu mereka-reka kenyataan yang sebenarnya. Berpikiran terlalu jauh
justru berakibat buruk terhadap perasaanku sendiri. Alangkah durjananya diri
ini saat menganggap matamu yang indah itu bersinar terang kepadaku. Perlahan
masuk menyelinap ke celah-celah kecil dari dinding hati ini. Karena ternyata,
pada akhirnya aku yang harus menyadari, kilau indah itu mungkin bukan sesuatu
yang kau khususkan untukku.
There is no somethin’ in the way you look at me…